Laman

Senin, 20 April 2015

Group Therapy





Menurut Prawitasari  (1989), terapi  kelompok sebagai salah satu tipe intervensi dalam psikoterapi yang dilakukan oleh terapis dan koterapis dengan sekelompok pasien, yang lebih bersifat intensif dalam memberikan pertolongan psikologis, lebih menekankan perasaan dan hubungan antara anggota, serta menekankan pada pengalaman emosi terkoreksi.
Menurut Rawlins (1993), terapi kelompok merupakan tipe dari tindakan yang meliputi kelompok dari pertemuan beberapa orang pada waktu yang direncanakan dengan kualifikasi terapis terhadap fokus pada kesadaran dan pengertian terhadap seseorang, untuk memperbaiki hubungan interpersonal dan membuat perubahan perilaku.

Bentuk-bentuk Terapi Kelompok
Terapi kelompok terdiri atas beberapa bentuk, sebagian besar berasal dari jenis-jenis terapi individual yaitu:
-       Kelompok eksplorasi interpersonal
Tujuannya mengembangkan kesadaran diri tentang gaya hubungan interpersonal melalui umpan balik korektif dari anggota kelompok yang lain.
-       Kelompok Bimbingan-Inspirasi
Kelompok sangat terstruktur, kosesif, mendukung, yang meminimalkan pentingnya dan memaksimalkan nilai diskusi di dalam kelompok dan persahabatan. Kelompok ini sering kali dipakai kerena mereka mempunyai problem yang sama.
-       Terapi Berorientasi Psikoanalitik
Sebagian besar terapi kelompok yang sukses tampaknya bergantung lebih pada pengalaman, sensitivitas, kehangatan, dan kharisma pemimpin kelompok dari pada orientasi teori yang dianut (Tomg dalam Ahmad, 2012). Berbagai masalah dalam kelompok untuk mengembangkan kepercayaan diri, sensitifitas, dan keterampilan sosial. Terdapat penekanan pada hubungan timbal balik antar anggota kelompok yang difasilitasi oleh ahli terapi. Terapi kelompok dapat berlangsung terus menerus atau terbatas waktu (Hibbert dalam Ahmad, 2012).
-       Kuesioner Kepuasan Anggota Kelompok
   Kuesioner ini bisa digunakan oleh pekerja sosial dalam proses asesmen atau penggalian masalah dan kebutuhan klien dalam kegiatan Terapi Kelompok (Zastrow, 1999). Pilihan jawaban dari atas ke bawah menunjukkan tingkat kepuasan anggota kelompok yang bisa diberi skor secara berjenjang dari 4 hingga 1 atau 0. Skor jawaban yang tinggi menunjukkan tingkat kepuasan yang tinggi, kepuasan anggota kelompok dikategorikan tinggi jika berada diantara skor 10 s/d 14; skor sedang sekitar 5 s/d 9 dan rendah jika memiliki skor di bawah 5.

Unsur-unsur terapi
Tujuan terapi,
Menurut Hartford dan Alissi, metode terapi kelompok digunakan untuk memelihara atau memperbaki keberfungsian personal dan sosial dengan beragam tujuan, yakni:
-          Korektif
-          Preventif,
-          Pertumbuhan sosial normal
-          Peningkatan personal,
-          Peningkatan partisipas dan tanggungjawab masyarakat (Suharto, 1997).

Menurut Gisela Konofka, tujuannya adalah:
-      Individualisasi,
-      Mengembangkan rasa memiliki (sense of belonging),
-      Mengembangkan kemampuan dasar untuk berpartisipasi,
-  Meningkatkan kemampuan untuk memberikan kontribus pada keputusan-keputusan melalui pemikiran rasional dan penjelasan kelompok,
-      Meningkatkan respek terhadap keberbedaan orang lain,
-      Mengembangkan iklim sosial yang hangat dan penuh penerimaan (Suharto, 1997).

Peran terapis
1.      Sebagai fasilitator
2.      Mengaktifkan anggota untuk berinteraksi dan melakukan eksporasi diri
3.      Membantu anggota untuk memperoleh manfaat yang besar dari terapi 
       kelompok

Tahapan Terapi
Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan berkembang. Kelompok akan berkembang melalui empat fase, yaitu:
-        Fase Prakelompok
Dalam fase ini membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota, kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan. Menurut Dr. Wartono, jumlah anggota kelompok yang ideal dengan verbalisasi biasanya 7-8 orang. Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk mengikuti terapi adalah sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat (Yosep dalam Sihotang, 2011).
-        Fase Awal Kelompok
Ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan peran baru. Yalom membagi fase ini menjadi tiga fase, yaitu
            1)      Orientasi,  
                   Klien mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-masing, 
                   leader menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak dengan
                   anggota.
            2)      Konflik,
             Masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu memfasilitasi 
             ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu 
             kelompok mengenali penyebab konflik serta mencegah perilaku 
             perilaku yang tidak produktif (Purwaningsih & Karlina dalam 
             Sihotang, 2011).
             3)     Kohesif.
             Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan 
             lebih intim satu sama lain (Keliat dalam Sihotang, 2011).
-        Fase Kerja Kelompok
Fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil dan realistis. Sehingga pada akhir  fase ini, anggota kelompok menyadari  produktivitas dan kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan kemandirian (Yosep dalam Sihotang, 2011).
-        Fase Terminasi
Terminasi yang sukses ditandai perasaan puas dan pengalaman kelompok akan digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari. Ini bersifat sementara (temporal) atau akhir.

Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar